Setelah melewati kota perguruan tinggi jatinangor, masuk tanjung sari, kita akan sampai ke daerah yang diteduhi pepohonan tropika. jalannya yang beraspal kuat, berkelok - kelok melingkari tebing terjal. di pinggir jalan, menggangga jurang yang curam. banyak puncak-puncak pohon besar seperti peredu yang muncul ke tepi jalan.
Jalan tersebut tidak pernah sepi oleh kendaraan yang datang dari banyuwangi, Malang, Semarang dan Cirebon menuju Bandung, Cianjur, Bogor, Jakarta, Tangerang, Serang dan anyer.
Sekarang (1992) kita dapat menempuh jarak Anyer - Banyuwangi melalui Cadas pangeran selama 36 jam saja.
dahulu sebelum ada jalan, Anyer - Banyuwangi tidak bisa ditempuh selama 36 hari.
Sekarang kita mundur ke tahun 1940.
Pada waktu itu dari Bandung ke Sumedang, keadaan jalan tidak ramai seperti sekarang. Bus rute Bandung - Sumedang masih jarang sekali yang lewat mungkin bisa dibilang satu jam sekali. Pada waktu itu yang terkenal adalah otobis "Bener".
Cadas pangeran pun masih sepi, sekalipun jalan sudah beraspal licin. Suasananya sejuk dan teduh. hampir disetiap kilometer perdapat pancuran yang menampung air gunung. Para pejalan kaki waktu itu bisa melepas haus dengan meminumnya. Rasanya sejuk, senikmat air meneral dalam botol masa kini.
Tebing batu yang curam ini mengandung kisah tentang penderitaan rakyat Sumedang di dalam kerja rodi pada seratus tahun yang lalu. jalan yang kita laluipun menjadi saksi tindakan kepahlawanan seorang bupati, yang penuh kasih sayang kepada rakyatnya. Air pegunungan yang sejuk segar tadi sangat berjasa memberi minuman ratusan bangsa kita yang dirampas hak asasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar